Tuesday, April 24, 2018

Darah Murni Keturunan Romawi

Di Bartolomei mempunyai darah murni Romawi. Lahir serta besar di satu diantara daerah paling miskin Kota Kekal, dia gabung dengan Roma waktu memijak umur 14 th.. Sesudah memenangi kejuaraan junior, dia menorehan kiprahnya bagi tim senior empat th. berselang menghadapi Inter Milan yang dibela oleh Giancinto Facchetti. Dengan berpostur tinggi nan anggun dan dengan visi bermain yang fantastis, dia lalu jadi sosok yang tidak tergantikan di Il Giallorossi.

Pemain berpostur 180 cm. ini mempunyai peranan jadi regista, sutradara lapangan tengah, tempat yang dikenalkan oleh legenda dari Gianni Rivera. Liverpool yang menyoroti permainannya mendekati final Piala Champions 1984, lalu berikan gambaran istimewa pada Di Bartolomei : “Mendikte sebuah permainan dari pusat lapangan dan distributor bola yang prima, dengan tembakan jarak jauh mengagumkan.”

Sebenarnya, Di Bartolomei memanglah teratur melepas umpan 60 yard pas ke kaki rekanan setimnya. Tetapi seperti Pirlo, sang Romawi tidak sering terlihat kerjakan sprint atau bebaskan tekel hingga sering dinilai jadi sosok yang “pemalas” serta “lamban”. Bagaimanapun juga kebrilianannya tidak butuh sekali lagi dipertanyakan. Bekas pelatih Roma, Nils Liedholm, menyebutkan “Di Bartolomei tidak sempat kerjakan gerakan tanpa ada miliki argumen. Operannya panjang serta prima. Dia juga senantiasa lari dengan menawan, dengan kepala tegak.”

Pada 1980-an, peranan regista tidaklah favorite. Pelatih timnas Italia saat itu, Enzo Bearzot, lebih sukai dengan gelandang energik jenis Marco Tardelli ataupun Gabriele Oriali daripada berfantasi dengan Di Bartolomei. Dengan mengagetkan, sang kapten Roma tidak sempat meskipun di panggil Italia selama karirnya! Kenyataan yang membuatnya jadi satu diantara pemain paling baik Negeri Pizza yang tidak sempat miliki kans membela Gli Azzurri.

Mempunyai tembakan jarak jauh yang mematikan dari Di Bartolomei mengoleksi banyak sekali gol lewat langkah itu. Dia juga seseorang algojo penalti yang eksepsional. Paling diingat yaitu saat dia mengerjakannya dalam semi-final kontroversial di Piala Champions 1984, menghadapi Dundee United. Kalah dengan skor 2-0 pada putaran pertama di Skotlandia, penaltinya meyakinkan Roma kerjakan comeback kontroversial dengan menang 3-0 serta maju ke final (terakhir tersingkap yang memiliki Roma saat itu, Dino Viola, menyogok wasit sebelumnya pertandingan walau pada akhirnya tidak berhasil).

Penaltinya juga tetaplah masuk dalam adu penalti pada final, tetapi berbuntut kekalahan karna eksekusi dari Conti serta Francesco Graziani tidak berhasil mengalahkan jurus “wobbly legs” yang legendaris Bruce Grobbelaars.



Agen Bola Terpercaya

No comments:

Post a Comment